Allah telah menegaskan dalam firman-Nya, “(Dialah Allah) yang Maha Mengetahui yang ghaib, maka Dia tidak memperlihatkan kepada seorang pun tentang yang ghaib itu, kecuali kepada rasul yang diridhai-Nya”. (QS. Al-Jin: 26-27). Sehingga di ayat yang lain Rasulullah diperintahkan oleh Allah untuk mengakui akan ketidaktahuannya tentang keghaiban, kecuali yang sudah diwahyukan Allah kepadanya, “Dan sekiranya aku mengetahui yang ghaib, tentulah aku membuat kebajikan sebanyak-banyaknya. Dan aku tidak akan ditimpa kemudharatan. Aku tidak lain hanyalah pemberi peringatan, dan pembawa berita gembira bagi orang-orang yang beriman”. (QS. Al-A’raf: 188).
Berdasarkan ayat tersebut, kita boleh menyimpulkan bahawa yang paling tahu kehidupan alam ghaib hanyalah Allah,
termasuk kehidupan jin dan syetan. Sebetulnya Rasulullah sendiri –makhluk yang
paling dekat dan paling bertaqwa kepada Allah-, juga tidak tahu akan hal yang
ghaib. Beliau tahu yang ghaib sebatas apa yang diberitahukan oleh Allah
kepadanya melalui wahyu yang beliau terima. Sehingga kita tidak boleh sok tahu
akan hal-hal yang ghaib. Kalau berbicara hal yang ghaib, ikutilah sumber wahyu
yang ada (al-Qur’an dan al-Hadits) agar kita tidak tersesat, dan iman kita
terhadap yang ghaib tidak salah.
Mitos Yang Harus Segera Diluruskan
Yang kita maksud dari mitos di sini
adalah informasi tentang kehidupan jin yang tidak sesuai syari’at Islam. Yang
selama ini menjadi opini ghaib dan wacana mistik yang mayoritas masyarakat kita
meyakini akan kebenarannya. Padahal mitos itu tidak benar adanya. Akibat dari
keyakinan pada mitos yang salah itu, keimanan kita pada yang ghoib, terutama
tentang kehidupan jin jadi menyimpang dari syari’at Islam. Lalu dari kesalahan
itu melahirkan penyimpangan prilaku dan perbuatan. Akhirnya ia takut pada
sesuatu yang tidak pada tempatnya. Lebih takut kepada jin dan syetan daripada
takut kepada Yang menciptakan mereka, yaitu Allah.
Jin adalah sebahagian dari makhluk ghaib. Dan beriman kepada yang ghaib adalah sebahagian dari karakter dan sifat seorang mukmin yang bertaqwa (QS. al-Baqoroh: 1-5). Kalau keimanan seorang mukmin itu salah, maka akan terjadi kecacatan (kesalahan) dalam keimanannya. Berikut keyakinan yang salah kaprah (mitos yang tak perlu dibenarkan) dan sudah sebati dalam masyarakat, serta diblow-up di berbagai macam media massa –cetak atau elektronik- yang harus segera diluruskan agar tidak merusak iman kita, atau kaum muslimin pada khususnya.
Jin adalah sebahagian dari makhluk ghaib. Dan beriman kepada yang ghaib adalah sebahagian dari karakter dan sifat seorang mukmin yang bertaqwa (QS. al-Baqoroh: 1-5). Kalau keimanan seorang mukmin itu salah, maka akan terjadi kecacatan (kesalahan) dalam keimanannya. Berikut keyakinan yang salah kaprah (mitos yang tak perlu dibenarkan) dan sudah sebati dalam masyarakat, serta diblow-up di berbagai macam media massa –cetak atau elektronik- yang harus segera diluruskan agar tidak merusak iman kita, atau kaum muslimin pada khususnya.
1. Jin tidak takut kepada manusia
Siapa yang berkeyakinan atau
mengatakan bahwa jin tidak takut pada manusia, itu adalah pernyataan yang salah
kaprah. Karena sesungguhnya jin itu sangat takut kepada manusia, melebihi
ketakutan manusia kepadanya. Hanya saja, karena manusia sudah menjatuhkan
martabatnya, sering menghamba kepda jin dan minta pertolongan serta perlindungan
kepadanya, akhirnya jin besar kepala (sombong), dan manusia jadi bernyali ciut
sehingga dihantui ketakutan kepada jin, melebihi ketakutannya kepada Allah.
Allah berfirman, “Dan bahwasannya ada beberapa orang laki-laki di antara manusia meminta perlindungan kepada beberapa laki-laki di antara jin, maka jin-jin itu menambah mereka dosa dan kesalahan.” (QS. al-Jin: 6).
Dalam kitab-kitab tafsir disebutkan, kronologi turunnya ayat tersebut (asbabun nuzul) adalah kerana kebiasaan para saudagar di zaman Jahiliyah yang bila melalui lembah atau bukit, selalu minta perlindungan kepada Jin penghuni lembah tempat tersebut. Mereka takut kalau tidak melakukan itu, hidupnya akan celaka. Padahal sebenarnya para Jin lembah itu takut saat mereka melaluinya. Mereka jadi sombong atas manusia.
Allah berfirman, “Dan bahwasannya ada beberapa orang laki-laki di antara manusia meminta perlindungan kepada beberapa laki-laki di antara jin, maka jin-jin itu menambah mereka dosa dan kesalahan.” (QS. al-Jin: 6).
Dalam kitab-kitab tafsir disebutkan, kronologi turunnya ayat tersebut (asbabun nuzul) adalah kerana kebiasaan para saudagar di zaman Jahiliyah yang bila melalui lembah atau bukit, selalu minta perlindungan kepada Jin penghuni lembah tempat tersebut. Mereka takut kalau tidak melakukan itu, hidupnya akan celaka. Padahal sebenarnya para Jin lembah itu takut saat mereka melaluinya. Mereka jadi sombong atas manusia.
2. Jin tidak mati atau dibunuh
Siapa yang mengatakan bahwa jin
tidak boleh dibunuh, bererti ia telah berbohong dan mendustakan syari’at Islam.
Kerana syari’at Islam sendiri menyatakan bahwa jin itu boleh mati seperti manusia.
Yang diberi tangguh atau dipanjangkan umurnya sampai datang kiamat hanyalah
Iblis, bagian dari jin, bukan jin secara keseluruhan.
Al-Qur’an mengisahkan: “Iblis berkata, “Beri tangguhlah saya sampai waktu mereka dibangkitkan”. Allah berfirman, “Sesungguhnya kamu termasuk mereka yang diberi tangguh.” (QS. al-A’raf: 14-15).
Rasulullah pernah berucap dalam lantunan do’anya, “Aku berlindung dengan Kemuliaan-Mu, tiada Tuhan selain Engkau, yang tidak akan mati. Sedangkan jin dan manusia semuanya akan mati.” (HR. Bukhari).
Al-Qur’an mengisahkan: “Iblis berkata, “Beri tangguhlah saya sampai waktu mereka dibangkitkan”. Allah berfirman, “Sesungguhnya kamu termasuk mereka yang diberi tangguh.” (QS. al-A’raf: 14-15).
Rasulullah pernah berucap dalam lantunan do’anya, “Aku berlindung dengan Kemuliaan-Mu, tiada Tuhan selain Engkau, yang tidak akan mati. Sedangkan jin dan manusia semuanya akan mati.” (HR. Bukhari).
3. Jin yang menampakkan diri tidak boleh disakiti
Kebohongan publik yang sering
dilakukan media massa adalah, pernyataan bahwa Jin yang menampakkan diri dalam
kehidupan nyata manusia tidak boleh disakiti. Kalau kita melakukan perlawanan,
pasti akan sia-sia. Penampakkan jin dikesankan sebagai sosok sakti yang tak
akan tersakiti, apalagi mati. Itu kedustaan terhadap apa yang telah dikabarkan
Rasulullah.
Rasulullah bersabda, “Sesungguhnya di Madinah ini ada jin yang telah masuk Islam. Oleh sebab itu, jika kalian melihat salah satu dari mereka, maka biarkanlah (izinkanlah) tiga hari. Jika setelah itu masih terlihat, maka bunuhlah karena ia adalah syetan.” (HR. Muslim).
Rasulullah bersabda, “Sesungguhnya di Madinah ini ada jin yang telah masuk Islam. Oleh sebab itu, jika kalian melihat salah satu dari mereka, maka biarkanlah (izinkanlah) tiga hari. Jika setelah itu masih terlihat, maka bunuhlah karena ia adalah syetan.” (HR. Muslim).
4. Jin mengetahui semua keghaiban
Banyak manusia yang masih percaya
bahwa para dukun itu punya koneksi dengan jin, padahal hakikatnya tidaklah
begitu. Ada juga dukun palsu,dan hanya pura-pura saja. Jika ada dukun yang
diyakini boleh berteman dengan Jin, maka mereka yakin bahwa dukun itu tahu akan
segala macam keghaiban, termasuk tentang nasib dan masa depan mereka, dan yang
lain sejenisnya. Mereka yakin bahwa jin itu tahu segala macam hal-hal yang
ghaib.
Ternyata keyakinan itu salah besar. Meskipun Jin itu makhluk ghaib, mereka tidak mengetahui semua yang ghaib. Pengetahuan mereka juga terbatas. Jin mengakui sendiri akan kelemahannya, tidak mengetahui sergala jenis keghaiban termasuk nasib manusia di bumi ini, “Dan sesungguhnya kami tidak mengetahui apakah keburukan yang dikehendaki bagi orang yang di bumi, ataukah Tuhan mereka menghendaki kebaikan bagi mereka”. (QS. Al-Jin: 10).
Kemudian di ayat lain, Allah berfirman, “Maka tatkala Kami telah menetapkan kematian Sulaiman, tidak ada yang menunjukkan kepada mereka kematiannya itu kecuali rayap yang memakan tongkatnya. Maka tatkala ia telah tersungkur, jin baru mengetahuinya. Kalau sekiranya mengetahui hal yang ghaib tentulah mereka tidak tetap dalam siksa yang menghinakan”. (QS. Saba’: 14).
Ternyata keyakinan itu salah besar. Meskipun Jin itu makhluk ghaib, mereka tidak mengetahui semua yang ghaib. Pengetahuan mereka juga terbatas. Jin mengakui sendiri akan kelemahannya, tidak mengetahui sergala jenis keghaiban termasuk nasib manusia di bumi ini, “Dan sesungguhnya kami tidak mengetahui apakah keburukan yang dikehendaki bagi orang yang di bumi, ataukah Tuhan mereka menghendaki kebaikan bagi mereka”. (QS. Al-Jin: 10).
Kemudian di ayat lain, Allah berfirman, “Maka tatkala Kami telah menetapkan kematian Sulaiman, tidak ada yang menunjukkan kepada mereka kematiannya itu kecuali rayap yang memakan tongkatnya. Maka tatkala ia telah tersungkur, jin baru mengetahuinya. Kalau sekiranya mengetahui hal yang ghaib tentulah mereka tidak tetap dalam siksa yang menghinakan”. (QS. Saba’: 14).
5. Jin takut kepada benda keramat atau jimat
Sering digambarkan di media massa
bahwa Jin atau syetan akan takut dan lari terbirit-birit saat melihat jimat
atau benda keramat lainnya. Bahkan kadang diinformasikan Jin itu terbakar saat
mendekat atau memegangnya. Itu adalah kedustaan yang dilakukan oleh para dukun
(agen-agen syetan) agar jimat buatan mereka laris manis. Dan sebenarnya tidak
begitu.
Allah-lah yang paling faham tentang apa saja yang disukai jin atau yang ditakutinya, kerana Dialah yang telah menciptakan mereka. Tidak ada satu ayat pun atau hadits Rasulullah yang menjelaskan bahwa jin takut pada jimat, isim, wifiq, rajah atau benda-benda pusaka lainnya. Justeru yang diberitakan oleh syari’at Islam adalah syaitan takut terhadap bacaan ayat-ayat suci atau do’a-do’a Rasulullah.
Misalnya sabda Rasulullah, “Sesungguhnya syetan pergi dan kabur dari rumah yang di dalamnya dibacakan surat al-Baqarah”. (HR. Muslim, dari Abu Hurairah). Atau hadits lain, “Apabila kamu hendak tidur di pembaringan, bacalah ayat kursi sampai tuntas, kerana Allah senantiasa menjagamu dan syaitan tidak akan mendekatimu sampai pagi”. (HR. Bukhari, dari Abu Hurairah).
Allah-lah yang paling faham tentang apa saja yang disukai jin atau yang ditakutinya, kerana Dialah yang telah menciptakan mereka. Tidak ada satu ayat pun atau hadits Rasulullah yang menjelaskan bahwa jin takut pada jimat, isim, wifiq, rajah atau benda-benda pusaka lainnya. Justeru yang diberitakan oleh syari’at Islam adalah syaitan takut terhadap bacaan ayat-ayat suci atau do’a-do’a Rasulullah.
Misalnya sabda Rasulullah, “Sesungguhnya syetan pergi dan kabur dari rumah yang di dalamnya dibacakan surat al-Baqarah”. (HR. Muslim, dari Abu Hurairah). Atau hadits lain, “Apabila kamu hendak tidur di pembaringan, bacalah ayat kursi sampai tuntas, kerana Allah senantiasa menjagamu dan syaitan tidak akan mendekatimu sampai pagi”. (HR. Bukhari, dari Abu Hurairah).
6. Jin hanya boleh dikalahkan oleh dukun atau orang pintar
Kesesatan lain yang harus diluruskan
adalah keyakinan banyak masyarakat akan kesaktian sosok manusia yang disebut
dukun. Banyak orang yang yakin bahwa gangguan dan kejahatan syaitan hanya boleh
dikalahkan oleh kekuatan dukun. Sehingga mereka larinya selalu ke dukun bila
ada orang yang kerasukan jin atau diganggu syaitan. Itu opini sesat yang harus
segera diralat.
Ketahuilah bahwa Jin atau syaitan hanya takut kepada Allah dan orang-orang mukmin yang shalih yang banyak berdzikir. Kalau ada jin (syaitan) takut pada dukun, itu hanya acting (pura-pura) agar kita selalu pergi ke dukun, dengan begitu kita akan masuk dalam perangkap syaitan. Padahal datang ke dukun adalah perbuatan yang diharamkan.
Rasulullah bersabda, “...Dan aku perintahkan kalian untuk dzikir kepada Allah yang banyak. Perumpamaan orang yang banyak dzikir itu seperti orang yang dicari-cari dan dikejar oleh musuh. Lalu ia mendapatkan benteng kukuh yang boleh melindungi dirinya dari kejaran musuh. Begitulah seorang hamba, dia tidak akan selamat dai gangguan syaitan kecuali dengan dzikir kepada Allah.” (HR. Tirmidzi dan dinyatakan sebagai hadits hasan shahih).
Ketahuilah bahwa Jin atau syaitan hanya takut kepada Allah dan orang-orang mukmin yang shalih yang banyak berdzikir. Kalau ada jin (syaitan) takut pada dukun, itu hanya acting (pura-pura) agar kita selalu pergi ke dukun, dengan begitu kita akan masuk dalam perangkap syaitan. Padahal datang ke dukun adalah perbuatan yang diharamkan.
Rasulullah bersabda, “...Dan aku perintahkan kalian untuk dzikir kepada Allah yang banyak. Perumpamaan orang yang banyak dzikir itu seperti orang yang dicari-cari dan dikejar oleh musuh. Lalu ia mendapatkan benteng kukuh yang boleh melindungi dirinya dari kejaran musuh. Begitulah seorang hamba, dia tidak akan selamat dai gangguan syaitan kecuali dengan dzikir kepada Allah.” (HR. Tirmidzi dan dinyatakan sebagai hadits hasan shahih).
7. Jin muslim boleh dijadikan khadam atau teman
Racun akidah yang berbahaya dan
banyak dihembuskan mereka yang sesat adalah pernyataan bahawa, “Kita boleh
berteman atau minta bantuan kepada jin yang muslim”. Padahal tidak ada satupun
perintah syari’at yang membolehkan kita untuk minta bantuan Jin. Bahkan malah
sebaliknya, kalau kita minta bantuan jin maka dosa dan kesalahan kita semakin
bertambah. Di sisi lain, jin itu makhluk ghaib, tidak boleh kita lihat wujud
aslinya. Bagaimana kita boleh membezakan antara yang muslim dengan yang kafir.
Kalaupun dia muslim, kita tidak tahu apakah ia muslim yang shalih, atau yang
munafik, fasik atau murtad. Mungkin kafir, lalu berubah wujud dan
menampakkan diri sebagai muslim shalih, bahkan sosok ustaz atau kyai.
Sebagaimana lakonan para pemain sinetron dalam dunia manusia.
Al-Qur’an menceritakan pengakuan jin, “Dan sesungguhnya di antara kami ada orang-orang yang shalih, dan di antara kami ada (pula) yang tidak demikian halnya. Adalah kami menempuh jalan yang berbeda-beda.” (QS. al-Jin: 11).
Allah berfirman, “Dan bahwasannya ada beberapa orang laki-laki di antara manusia meminta perlindungan kepada beberapa laki-laki di antara jin, maka jin-jin itu menambah mereka dosa dan kesalahan.” (QS. al-Jin: 6).
Al-Qur’an menceritakan pengakuan jin, “Dan sesungguhnya di antara kami ada orang-orang yang shalih, dan di antara kami ada (pula) yang tidak demikian halnya. Adalah kami menempuh jalan yang berbeda-beda.” (QS. al-Jin: 11).
Allah berfirman, “Dan bahwasannya ada beberapa orang laki-laki di antara manusia meminta perlindungan kepada beberapa laki-laki di antara jin, maka jin-jin itu menambah mereka dosa dan kesalahan.” (QS. al-Jin: 6).
8. Jin tidak bisa menyakiti manusia
Ada orang kata bahawa Jin itu tidak boleh menyakiti manusia secara fisik, mereka hanya boleh mengganggu manusia
secara non fisik. Sungguh, itu merupakan pernyataan yang salah. Jin boleh menyakiti manusia secara fisik, bahkan boleh membunuh dengan amarah dan
dendamnya. Hanya saja kemampuan mereka umtuk melakukan hal itu terbatas.
Dibatasi oleh kehendak Allah. Kalau Allah menghendaki kita celaka atau mati
kerana jin, maka terjadilah. Kalau Dia tidak menghendaki, Jin manapun
tidak boleh mencelakakan kita. Sehingga kita terkadang melihat orang yang kena
santet (sihir), akhirnya mati dengan tragis dan misterius.
Al-Qur’an telah menceritakan bahwa Allah telah memberi izin ke Jin (syaitan) untuk menyakiti Nabi Nuh ‘alaihis salam. Allah berfirman, “Dan ingatlah akan hamba Kami Ayyub ketika ia menyeru Tuhannya, ‘Sesungguhnya aku diganggu syaitan dengan kepayahan dan siksaan’. Allah berfirman, ‘Hantamkanlah kakimu, inilah air yang sejuk untuk mandi dan untuk minum. Dan Kami anugerahi dia (dengan mengumpulkan kembali) keluarganya dan (Kami tambahkan) kepada mereka sebanyak mereka pula sebagai rahmat dari Kami dan pelajaran bagi orang-orang yang mempunyai pikiran.” (QS. Shad: 41-43).
Al-Qur’an telah menceritakan bahwa Allah telah memberi izin ke Jin (syaitan) untuk menyakiti Nabi Nuh ‘alaihis salam. Allah berfirman, “Dan ingatlah akan hamba Kami Ayyub ketika ia menyeru Tuhannya, ‘Sesungguhnya aku diganggu syaitan dengan kepayahan dan siksaan’. Allah berfirman, ‘Hantamkanlah kakimu, inilah air yang sejuk untuk mandi dan untuk minum. Dan Kami anugerahi dia (dengan mengumpulkan kembali) keluarganya dan (Kami tambahkan) kepada mereka sebanyak mereka pula sebagai rahmat dari Kami dan pelajaran bagi orang-orang yang mempunyai pikiran.” (QS. Shad: 41-43).
9. Jin bisa dilihat manusia dalam bentuk aslinya
Ini termasuk penyesatan yang fatal.
Banyak orang meyakini bahawa ada manusia khusus –selain nabi dan rasul- yang
boleh melihat jin dalam bentuk asalnya, bahkan mereka boleh masuk ke dunia Jin
dan memantau kehidupan mereka. Itu keyakinan yang sesat, bertentangan dengan
syari’at. Yang benar, tidak ada seorangpun –selain nabi dan rasul yang boleh
melihat jin dalam bentuk asalnya-. Kalau ada yang mengaku boleh melakukan hal
itu, itu bohong. Kalaupun dia telah masuk ke alam Jin, itu bukan alam mereka
sebenarnya, tapi tipuan dan ilusi saja.
Allah telah berfirman, “Sesungguhnya ia (syaitan) dan pengikut-pengikutnya melihat kalian dari suatu tempat yang kalian tidak boleh melihat mereka." (QS. al-A’raf: 27). Ayat tersebut dengan jelas dan gamblang memberitahukan kepada kita semua bahwa makhluk halus (jin) dalam bentuk asalnya tidak boleh dilihat oleh mata atau ditangkap oleh kamera. Kecuali kalau jin tersebut menampakkan diri.
Rasulullah bewrsabda, “Jika kalian mendengar lolongan anjing dan ringkikan keledai di malam hari, maka berlindunglah kepada Allah dari kejahatan syaitan. Kerana mereka (binatang tersebut) melihat apa yang tidak kamu lihat.” (HR. Abu Daud).
Maka dari itu Ibnu Hajar berkata, “Sesungguhnya syaitan boleh menampakkan diri dan melakukan penyerupaan yang boleh kita lihat wujudnya. Sedangkan firman Allah pada surat al-A’raf ayat 27, berlaku apabila jin dalam wujud asli penciptaannya.” (Kitab Fathul Bari: 9/ 55).
Allah telah berfirman, “Sesungguhnya ia (syaitan) dan pengikut-pengikutnya melihat kalian dari suatu tempat yang kalian tidak boleh melihat mereka." (QS. al-A’raf: 27). Ayat tersebut dengan jelas dan gamblang memberitahukan kepada kita semua bahwa makhluk halus (jin) dalam bentuk asalnya tidak boleh dilihat oleh mata atau ditangkap oleh kamera. Kecuali kalau jin tersebut menampakkan diri.
Rasulullah bewrsabda, “Jika kalian mendengar lolongan anjing dan ringkikan keledai di malam hari, maka berlindunglah kepada Allah dari kejahatan syaitan. Kerana mereka (binatang tersebut) melihat apa yang tidak kamu lihat.” (HR. Abu Daud).
Maka dari itu Ibnu Hajar berkata, “Sesungguhnya syaitan boleh menampakkan diri dan melakukan penyerupaan yang boleh kita lihat wujudnya. Sedangkan firman Allah pada surat al-A’raf ayat 27, berlaku apabila jin dalam wujud asli penciptaannya.” (Kitab Fathul Bari: 9/ 55).
10. Jin disamakan dengan roh manusia yang telah keluar dari jasad
Termasuk keyakinan salah yang harus
diluruskan adalah adanya roh gentayangan. Mereka meyakini bahwa roh orang yang
mati tragis, terzhalimi atau tertindas, atau tidak wajar, maka rohnya akan
gentayangan. Mereka sangat yakin, kalau ada orang yang telah meninggal secara
tidak wajar, lalu di hari-hari berikutnya ada penampakan sosok orang tersebut,
maka disimpulkan bahawa itu adalah roh yang gentayangan. Itu kesimpulan
sesat-menyesatkan.
Roh orang yang telah mati, secara wajar atau tidak wajar, baik itu orang mukmin atau kafir, orang shalih atau brengsek, semuanya akan berada di alam barzakh (alam transit antara dunia dan akhirat). Di situ mereka akan merasakan adzab kubur atau nikmat kubur, tidak ada yang lepas lalu bergentayangan. Lalu siapa yang gentayangan, itu adalah jin (syetan) yang menampakkan diri dan menyerupai orang yang telah mati tersebut.
Allah berfirman, “Dan mereka bertanya kepada-mu (Muhammad) tentang ruh. Katakanlah, ruh itu termasuk urusan Tuhan-ku, dan tidaklah kalian diberi pengetahuan melainkan sedikit." (QS. Al-Isra’: 85). Rasulullah juga bersabda, “Tidaklah ada seorang di antara kalian kecuali disertakan untuknya qorin dari jin dan qorin dari malaikat.” (HR. Muslim dan Ahmad dari Ibnu Mas’ud).
Dalam ayat lain Allah berfirman, "Allah memegang jiwa (orang) ketika matinya dan (memegang) jiwa (orang) yang belum mati di waktu tidurnya. Maka Dia tahanlah jiwa (orang) yang telah Dia tetapkan kematiannya dan Dia melepaskan jiwa yang lain sampai waktu yang ditentukan. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda kekuasaan Allah bagi kaum yang kafir”. (QS. az-Zumar: 42).
Roh orang yang telah mati, secara wajar atau tidak wajar, baik itu orang mukmin atau kafir, orang shalih atau brengsek, semuanya akan berada di alam barzakh (alam transit antara dunia dan akhirat). Di situ mereka akan merasakan adzab kubur atau nikmat kubur, tidak ada yang lepas lalu bergentayangan. Lalu siapa yang gentayangan, itu adalah jin (syetan) yang menampakkan diri dan menyerupai orang yang telah mati tersebut.
Allah berfirman, “Dan mereka bertanya kepada-mu (Muhammad) tentang ruh. Katakanlah, ruh itu termasuk urusan Tuhan-ku, dan tidaklah kalian diberi pengetahuan melainkan sedikit." (QS. Al-Isra’: 85). Rasulullah juga bersabda, “Tidaklah ada seorang di antara kalian kecuali disertakan untuknya qorin dari jin dan qorin dari malaikat.” (HR. Muslim dan Ahmad dari Ibnu Mas’ud).
Dalam ayat lain Allah berfirman, "Allah memegang jiwa (orang) ketika matinya dan (memegang) jiwa (orang) yang belum mati di waktu tidurnya. Maka Dia tahanlah jiwa (orang) yang telah Dia tetapkan kematiannya dan Dia melepaskan jiwa yang lain sampai waktu yang ditentukan. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda kekuasaan Allah bagi kaum yang kafir”. (QS. az-Zumar: 42).
Penutup
Marilah kita selalu mengingat pesan
Allah dalam ayat berikut, “Sesungguhnya mereka itu tidak lain hanyalah syaitan
yang menakut-nakuti (kamu) dengan kawan-kawannya (orang-orang musyrik Quraisy).
Kerana itu janganlah kamu takut kepada mereka, tetapi takutlah kepada-Ku, jika
kamu benar-benar orang yang beriman.” (QS. Ali Imran: 175).
Dan di ayat lain, “Dan jika syaitan mengganggumu dengan suatu gangguan, maka mohonlah perlindungan kepada Allah. Sesungguhnya Dialah yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” (QS. Fushshilat: 36).
Agar kita tidak dijajah oleh mitos yang tidak benar, dan keyakinan kita tidak salah dalam mengimani yang ghaib lalu melahirkan ketakutan yang salah, maka gunakanlah al-Qur’an dan al-Hadits sebagai parameternya dalam memahami hal yang ghaib secara benar.
Dan di ayat lain, “Dan jika syaitan mengganggumu dengan suatu gangguan, maka mohonlah perlindungan kepada Allah. Sesungguhnya Dialah yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” (QS. Fushshilat: 36).
Agar kita tidak dijajah oleh mitos yang tidak benar, dan keyakinan kita tidak salah dalam mengimani yang ghaib lalu melahirkan ketakutan yang salah, maka gunakanlah al-Qur’an dan al-Hadits sebagai parameternya dalam memahami hal yang ghaib secara benar.